Jumat, 29 Januari 2016

PENDEKATAN NEO-MARXIS



        
Kalangan Neo-Marxis berasal dari kalanagan cendekiawan yang berasal dari Kalangan “Bor juis”. SepErti cendekiawan lainnya mereka enggan bergabung deNgan partai politik atau organisasi. Para Neo-Marxis ini, disatu sisi menolak komunisme dari uni-soviet, di pihat lain tidak setuju dengan kapitalisme.

    Dalam rangka holistic, mereka berpendapat bahwa keseluruhan gejala social merupakan gejala kesatuan yang tidak boleh dibagi-bagi menjadi bagian-bagian tersendiri.
Hal yang menjadi fokus utama adalah kekuasaan serta konflik yang terjadi dalam negara. Menurut kalangan Neo-Marxis konflik antarkelas adalah proses yang sangat penting guna mendorong sebuah perubahaan dalam masyarakat.

Teori Marxisme pertama kali dikemukakan oleh Karl Marx pada sekitar abad ke 19. Dalam analisis teori Marxisme, pembagian kelas menjadi tolak ukur yang utama. Karl Marx mencetuskan teori ini disebabkan adanya pembagian kelas antara kaum borjuis atau para kapitalis dan kaum proletar atau para pekerja yang kemudian akan terjadi konflik diantaranya (Hobden & Jones, 2001). Kaum Marxis menuntut adanya persamaan status atau derajat antar individu atau antar negara dalam berbagai bidang. Mereka percaya bahwa kesetaraan antara kaum borjuis dan kaum proletar akan terwujud jika kaum proletar melakukan perlawanan terhadap kaum borjuis dan dapat ‘menang’ melawan kaum borjuis atau kaum kapitalis.
           Teori Marxisme adalah campuran asumsi dari berbagai perspektif utama dalam ilmu Hubungan Internasional seperti realisme dan liberalisme namun cukup berbeda dalam beberapa sisi dan bahkan mungkin bertolak belakang. Sebagai contoh, menurut penganut paham liberalisme ekonomi, mereka memandang perekonomian sebagai positive sum game atau keuntungan bagi semua. Namun menurut penganut paham Marxisme, perekonomian sebagai zero sum adalah tempat eksploitasi manusia dan perbedaan kelas dimana para kapitalis ‘memanfaatkan’ para pekerja demi meraih keuntungan maksimal bagi kaum mereka sendiri (Jackson & Sørensen, 1999). Begitu halnya dengan kaum merkantilis yang menganggap ekonomi sebagai alat politik, kaum Marxisme menempatkan ekonomi yang pertama dan politik yang kedua. Meskipun Karl Marx dan penganut Marxisme memandang perekonomian kapitalis yang dikuasai oleh kaum borjuis yang mengeksploitasi kaum proletar adalah sesuatu hal yang harus ditentang, namun Marx memandang pertumbuhan kapitalisme sebagai sebuah kemajuan (Jackson & SOrensen, 1999). Kemajuan ini menurut Marx, yang kemudian disebut sebagai pandangan materialisme, dalam artian:
 1) kapitalisme menghancurkan sistem produksi sebelumnya, seperti feodalisme, yang bahkan lebih eksploitatif daripada kapitalisme dalam hubungannya antara kaum borjuis dan proletar
2) kapitalisme membuka jalan bagi proses revolusi sosial yang akan menguntungkan kaum proletar (Jackson & Sorensen, 1999).
            Ada empat pemikiran Marxisme kontemporer yang telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pemikiran politik dunia saat ini yaitu teori sistem internasional, Gramscianisme, teori kritis, dan neo-Marxisme atau Marxisme baru. Para penganut teori sistem internasional diantaranya Hobson, Lexemburg, dan Hilferding berusaha mengaplikasikan paham Marxisme dalam studi Hubungan Internasional dan merupakan kritik atas imperialisme (Hobden & Jones, 2001). Pemikir teori sistem internasional lain seperti Lenin dan Wallerstein membagi negara di dunia menjadi tiga bagian: 1) Core adalah negara-negara dunia pertama atau negara maju yang telah berdiri sebelum Perang Dunia I terjadi. Negara tersebut adalah negara yang memiliki sistem ekonomi kapitalisme, pemerintahan yang demokratis, upah pekerja yang tinggi, mampu mengimpor bahan mentah dan mengeskpor barang hasil industri, investasi yang tinggi dan jaminan kesejahteraan bagi rakyat; 2) Semi Periphery adalah negara-negara dunia kedua yang berdiri setelah Perang Dunia I. Negara tersebut adalah negara dengan sistem pemerintahan yang teradang otoriter meskipun tida semua, mengekspor barang jadi dan bahan mentah serta mengimpor barang industri dan bahan mentah, upah pekerja yang rendah, dan jaminan kesejahteraan yang rendah; 3) Periphery adalah negara-negara dunia ketiga yang berdiri setelah Perang Dunia II. Negara tersebut kebanyakan memiliki pemerintahan yang tida demokratis, mengekspor bahan mentah dan mengimpor barang hasil industri, upah pekerja dibawah etentuan upah minimum regional, dan tidak ada layanan kesehatan ataupun jaminan kesejahteraan bagi rakyat (Hobden & Jones, 2001).
            Negara semi periphery memegang peranan penting dalam sistem ekonomi dan politik internasional. Negara-negara tersebut juga memegang peran penting dalam menjaga stabilitas struktur politik dalam sistem internasional. Seperti halnya pada masa kolonialisme dan imperialisme yang menerapkan sistem kapitalisme dan perdagangan bebas sehingga menguntungkan negara penjajah, sistem kapitalisme ini juga menguntungkan negara maju pada sistem ekonomi internasional antara negara core, semi periphery dan periphery. Sehingga negara kaya menjadi semakin kaya dan negara miskin menjadi semakin miskin. Pemikiran teori sistem internasional ini kemudian berkembang dan munculah teori Gramscianisme.
            Antonio Gramsci adalah anggota partai komunis Italia yang kemudian dipenjarakan oleh Mussolini dan kemudian mengembangkan pemikirannya selama masa penahanan. Penganut teori Gramscianisme percaya bahwa dalam sistem politik internasional terdapat sebuah hegemoni yaitu negara yang paling berkuasa dalam sistem internasional atau negara paling dominan dalam suatu wilayah. Gramsci percaya bahwa suatu kesetaraan antar komunitas negara hanya dapat terwujud jika posisi hegemoni dapat dihapuskan. Berbeda dengan penganut realisme yang nyatanya berusaha mewujudkan hegemoni dalam tatanan dunia.
            Paham Marxisme terus berkembang hingga akhirnya muncul teori kritis. Teori ini berakar dari Eropa Barat pada sekitar tahun 1920 dan 1930an. Berbeda dengan teori Gramsci yang lebih menekankan pada bidang ekonomi dan politik internasional, teori kritis lebih menekankan pada kelompok atau komunitas dan keamanan internasional. Para penganut teori kritis memberikan kontribusi yang cukup besar melalui pemikiran mereka mengenai arti dari ‘pembebasan’ yang merupakan kunci utama bagi penganut Marxisme namun terkadang tidak diartikan secara jelas dan terkesan ambigu. Andre Linklater berpendapat bahwa dalam penerapan studi hubungan internasional, pembebasan disini harus dapat dipahami dalam artian perluasan batas ‘moral’ dalam komunitas politik (Hobden & Jones, 2001).
            Perlahan, perkembangan paham Marxisme semakin berkembang dan pada akhirnya teori Neo-Marxisme muncul sebagai akibat banyaknya pemikiran Marxisme yang terkadang dihiraukan atau bahkan disalahartikan oleh sebagian besar generasi penganut Marxisme. Para pemikir neo-marxisme berusaha memperbaiki teori-teori yang berkembang dalam paham Marxisme dan menyusun teori mereka sendiri berdasarkan pemikiran Karl Marx (Hobden & Jones, 2001). Sebagian penganut teori ini tidak setuju dengan pendekatan atau teori sistem imternasional dan paham realisme dalam memahami studi Hubungan Internasional.
            Sama seperti Marxisme, neo-marxisme percaya bahwa kapitalisme yang dilakukan oleh negara penjajah ke negara jajahan dipandang sebagai suatu kemajuan. Namun pandangan Marxisme yang melihat imperialisme sebagai titik tertinggi atau tahap akhir kapitalisme, berbeda dengan neo-marxisme yang menganggap bahwa imperialisme adalah awal dari kapitalisme. Neo-Marxisme percaya bahwa kolonialisme membawa kemajuan dalam bidang layanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang lebih baik, dan akses yang lebih besar untuk mendapatkan barang. Salah satu pemikir Neo-Marxisme, Justin Rosenberg,  menggunakan ide Marx untuk mengkritisi teori hubungan internasional dari sudut pandang realis dan mengembangkan pendekatan atau pemikiran alternatif untuk memahami perubahan dalam sejarah politik dunia.
Pendekatan neo-marxis dalam ekononomi politik, menekankan pada sifat holistik yakni analisis secara menyeluruh, mengenai pentingnya aspek-aspek ekonomi makro dari sistem ekonomi dan sistem politik. Selain itu, pendekatan ini memiliki model yang memiliki aspek komparatif, yakni berusaha membandingkan secara eksplisit.
Pendekatan ini juga menyoroti dan memodelkan berbagai perbedaan antar-negara di bidang kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi dan ketergantungan kelas sosial di masyarakat.


·                Kritik Terhadap Pendekatan Neo-Marxis
1.      Banyak golongan Neo-Marxis adalah yang mempelajari Marx dimana keadaan dunia telah berubah.  Sehingga banyak masalah yang dianggap masalah pokok, hanya disinggung sepintas dan selebihnya tidak diperhatikan sama sekali.
2.      Para Neo-Marxis cenderung mengecam pemikiran para sarjana “borjuis” dibandingkan dengan membangun teori baru yang lebih mantap.

Salah satu kelemahan pada golongan ini adalah bahwa mereka mempelajari Marx dalam keadaan unia yang banyak berubah. Marx meninggal pada tahun 1883.pemikirannyalah yang yang ditafsirkan menjadi Marxisme.

2 komentar:

  1. Apakah ini materi dari buku miriam budiardjo

    BalasHapus
  2. Titanium Dentistry in Surgery | TITNBIH
    This TITNBIH titanium daith jewelry is a price of titanium specialty titanium easy flux 125 amp welder for both traditional and cosmetic, and the result is titanium exhaust tips bone marrow 바카라 사이트 transplants, skin transplants, and transplant

    BalasHapus